Belajarlah untuk Mendengar

Jika ingin banyak didengarkan, maka lebih banyaklah mendengar. Suatu malam aku dibuat tidak nyaman oleh seseorang yang dekat denganku. Malam itu kami berkumpul, ada satu orang bercerita tentang kehidupan dan masalahnya. Kami sudah serius mendengarkan, walaupun mungkin tidak bisa memberi solusi yang baik, setidaknya kami ingin menjadi pendengar yang baik. Tapi ada teman yang lain membuatku tidak nyaman, dia selalu menyela dengan hal-hal yang menurutku tidak penting ketika temanku sedang bercerita.

Aku paham, dia tipe sanguinis yang ingin menjadi pusat perhatian. Teguran? entah sudah berapa kali kami tegur, tapi tidak dapat menghentikan selaan dia. Ada pikiran jahat dalam diri ini, “kamu pulang aja deh kalo nggak mau dengerin”. Well, untuk saat ini itu hanya sekedar pikiran belum pernah terucap. Entah nanti jika diri ini sudah tidak sabar.

Katanya, teman terdekat adalah cerminan diri. Mungkin aku pernah seperti itu. Semoga ktia termasuk orang-orang yang selalu memperbaiki diri.

Obrolan Random

x : emang kamu suka cowok kayak gimana?
y : yang cerdas?
x : Udah ada yang ditaksir?
y : Udah, banyak lagi yang ditaksir 😀
x : Ada yang naksir balik ga?
y : Kagak
x : Kenapa?
y : Karena aku bukan tipe mereka
x : emang tipe mereka yang kayak gimana?
y : yang cerdas juga kayak mereka
x : jadi kamu nggak cerdas dong?
y : belum cerdas dan akan cerdas
x : gimana caranya?
y : belajarlah…
x : kalo udah cerdas mereka nggak naksir juga gimana?
y : biarin, yang penting fokus buat perbaikan diri
x : *kasih jempol*
 

Obrolan yang tadi nggak sengaja di denger di jalan, dan dalam hati berkata dalam hati “Bener juga 😀 ”